Sungai kecil tempat Juni mencelupkan kedua telapak kakinya. Dingin. Bening seperti kaca. Bahkan dia bisa melihat bukit-bukit kecil yang berada di belakangnya. Muncul juga senyum si jahil yang baru beberapa detik datang dan duduk di batu kecil di samping tubuhnya. Begitu dekat. Hingga rasanya seperti mereka satu tubuh dengan dua pikiran yang berbeda.
"Dingin," bisik Jean sambil mengusap-usap lengannya.
Juni memeluk Jean yang mengigil kedinginan dan bisa merasakan tubuhnya bergetar.
"Kamu selalu saja kedinginan."
"Aku kedinginan, karena sudah tidak ada yang mau memelukku sekarang."
Juni menatapnya iba.
"Aku akan selalu bersamamu, kamu tahu kan," Juni memeluk Jean lebih erat agar dia tidak lagi merasa kedinginan.
"Bukan. Akulah yang akan selalu bersamamu, bersama Ayah dan Ibu. Meskipun mereka mungkin tidak menyadarinya."
Ketika menatap Jean, Juni seperti sedang berada di depan cermin. Menatapnya sama seperti melihat dirinya sendiri. Tidak ada bedanya. Bahkan mereka sama-sama memiliki tanda lahir di punggung tangan yang berbentuk sebuah bibir.
Jean menjulurkan tangannya dan memperlihatkan tanda lahirnya, disusul dengan Juni yang juga memperlihatkan tanda lahir yang sama. Mereka tersenyum.
"Juni!" seru Ayahnya yang sedang berdiri di pinggir sungai melambaikan tangan ke arahnya.
Juni berdiri dan berjalan berjingkat di atas bebatuan yang tersebar di sepanjang sungai.
"Ayo pulang!" Ayahnya memeluk tubuh Juni dari samping. "Sebentar lagi acara patang puluh dina adikmu Jean, akan dimulai."
Banyuwagi, Oktober 2016
(Patang Puluh Dina = Peringatan 40 hari kematian)
(Patang Puluh Dina = Peringatan 40 hari kematian)
Kasihan juni :( cuma bisa membayangkan adiknya,
ReplyDeleteMungkin setelah matang puluh gari nyatus ya :) hihi
Jadi, Jean,....?
ReplyDeleteAh, aku jadi merinding.. hmmmmmm
Hmmm.. entah kenapa merinding dibuatnya baca cerita ini.
ReplyDeleteCerita sekilas memang bikin kita penasaran, apalagi jika ceritanya tentang mistery. Mmm..! Mau gimana lagi, tunggu post selanjutnya deh!
ReplyDeletePnasaran banget ma kelanjutannya, semoga cepet rilis.
ReplyDeletelagi-lagi cerita misteri, tapi gpp aku suka bacsnya, daripada cerita cinta-cintaan bikin pising:D
ReplyDeleteaku kaget baca terakhirnya. NGgak ketebak Mbak :)
ReplyDeletesaya jadi inget kucingku si hitam yang baru aja beberapa hari ini meninggal mbak, si putih saudaranya kini mengeong-ngeong setiap hari dan agak rewel karena nggak punya lagi temman bermain.
ReplyDeleteblognya aku follback mbak . .
Jadi....
ReplyDeleteNgik...Ngok....
*musik serem*
Dududududu, ini genrenya horror ya?
ReplyDelete