Perlahan langit mulai gelap setelah matahari tertutup awan atau kembali ke peraduan, entahlah apa istilahnya yang ku tahu ini adalah fenomena pergantian siang menjadi malam.
Aku berjalan sedikit mempercepat langkah di jalan kecil berpasir menuju rumah salah satu sahabatku, Gigi. Ada janji mengerjakan tugas bersama petang ini di rumahnya.
Suara adzan samar-samar terdengar membuatku semakin bergegas untuk segera sampai, kata orang tua pamali magribh begini berada di luar rumah.
Rumah Gigi terlihat sepi, pagar kecil setinggi pinggang orang dewasa yang sebagian telah berkarat menimbulkan suara 'ngik' mengerikan ketika aku sedikit menggesernya agar bisa masuk ke dalam pekarangan rumah Gigi yang cukup luas.
Taman kecil yang ditumbuhi beberapa pohon rambutan dan sawo, serta puluhan pot bunga yang berjajar di depan teras rumahnya. Ayah dan Ibu Gigi memang suka sekali berkebun, berbeda dengan Gigi yang lebih sering bermalas-malasan saat akhir pekan.
"Gigi..." teriakku begitu sampai di teras rumahnya. "Gi, buka dong pintunya."
"Iya, Ris bentar."
Mendengar suara Gigi aku berjalan semakin mendekat dan menyandarkan bahu di depan pintu, karena ku pikir sebentar lagi Gigi pasti keluar untuk membuka pintu rumahnya.
Namun hingga menunggu beberapa menit pintu tidak kunjung terbuka. Gigi mana ya? Hingga akhinya ku putuskan untuk berteriak memanggilnya lagi.
"Gigi..."
Namun kali ini tidak ada jawaban. Suasana semakin gelap dan sepi. Aku ingat Ayah dan Ibu Gigi sedang pergi ke Jakarta sejak beberapa hari yang lalu jadi dia sekarang sendirian di rumah. Ku putuskan untuk mengintip jendela kaca besar yang sedikit tertutup oleh korden berwarna merah. Rumahnya kosong.
"Gigi," panggilku sekali lagi.
"Riska, sudah dari tadi di sini?"
Tiba-tiba saja Gigi muncul dari belakangku membuka pintu gerbang rumahnya.
"Loh, terus tadi yang di dalam rumah siapa?"
Aku berjalan sedikit mempercepat langkah di jalan kecil berpasir menuju rumah salah satu sahabatku, Gigi. Ada janji mengerjakan tugas bersama petang ini di rumahnya.
Suara adzan samar-samar terdengar membuatku semakin bergegas untuk segera sampai, kata orang tua pamali magribh begini berada di luar rumah.
Rumah Gigi terlihat sepi, pagar kecil setinggi pinggang orang dewasa yang sebagian telah berkarat menimbulkan suara 'ngik' mengerikan ketika aku sedikit menggesernya agar bisa masuk ke dalam pekarangan rumah Gigi yang cukup luas.
Taman kecil yang ditumbuhi beberapa pohon rambutan dan sawo, serta puluhan pot bunga yang berjajar di depan teras rumahnya. Ayah dan Ibu Gigi memang suka sekali berkebun, berbeda dengan Gigi yang lebih sering bermalas-malasan saat akhir pekan.
"Gigi..." teriakku begitu sampai di teras rumahnya. "Gi, buka dong pintunya."
"Iya, Ris bentar."
Mendengar suara Gigi aku berjalan semakin mendekat dan menyandarkan bahu di depan pintu, karena ku pikir sebentar lagi Gigi pasti keluar untuk membuka pintu rumahnya.
Namun hingga menunggu beberapa menit pintu tidak kunjung terbuka. Gigi mana ya? Hingga akhinya ku putuskan untuk berteriak memanggilnya lagi.
"Gigi..."
Namun kali ini tidak ada jawaban. Suasana semakin gelap dan sepi. Aku ingat Ayah dan Ibu Gigi sedang pergi ke Jakarta sejak beberapa hari yang lalu jadi dia sekarang sendirian di rumah. Ku putuskan untuk mengintip jendela kaca besar yang sedikit tertutup oleh korden berwarna merah. Rumahnya kosong.
"Gigi," panggilku sekali lagi.
"Riska, sudah dari tadi di sini?"
Tiba-tiba saja Gigi muncul dari belakangku membuka pintu gerbang rumahnya.
"Loh, terus tadi yang di dalam rumah siapa?"
waduuh, untung nggak malam malam bacanya ini. jin yang jawab salam ris -_-
ReplyDeleteHarusnya dibaca pas malem. Biar feelnya dapet hehehe
Deletehahahah tadi baca subuh subuh mbak, masih kena feel nya
DeleteAduh Mbak, kisahnya sederhana tapi sampai akhir aku langsung merinding
ReplyDeleteIni kisah nyata loh mbak.
DeleteItu pasti tadi gigi jadi-jadian..
ReplyDeleteKamu kali itu Om nyamar jadi jin jadi-jadian hehe
DeleteArtinya rumah Gigi ada hantunya ya, sist.
ReplyDeleteKok bulu kudu ku berdiri semua ini.
Mbak Lisa aja merinding gimana aku yang mendengar kenyataan itu saat samar wulu (senja) dan harus tinggal di rumah itu.
Deleteserem ya rumahnya gigi setelah itu apa mereka masih berani untuk masuk kerumahnya ya?
ReplyDeleteNggak hanya berani masuk aku bahkan masih berani tinggal di rumah itu.
Deletetebak-tebak berhadiah, coba tebak siapa tadi yg ada dirumahnya gigi?:D
ReplyDeleteCoba tebak! Kalau benar dapat ucapan selamat :D
DeleteWaduh tadi yang didalam siapa donk!?
ReplyDeleteJangan-jangan..?
Kalau baca malam jumat pasti seru dan bikin penasaran
Makanya ini aku posting pas malam jumat, tapi nggak ada yang mampir buat baca hehe
Deletejadi horor pas baca. mungkin gigi keluar dari rumahnya lewat pintu belakang. ya bisa saja kan? tidak ada yang tidak mungkin. riska yang berada di sana bingung banget tuh.
ReplyDeleteuntung bacanya pas bangun pagi. jadi gak kerasa seremnya. heheheheh :P
ReplyDeleteAih... Menyeramkan 😁
ReplyDelete