"Hei, mau kemana?" teriak seorang lelaki paruh baya yang baru keluar dari rumah menuju sawah.
Tapi perempuan itu hanya menoleh sekilas kemudian berlari kecil melewati jalan setapak yang berakhir di pinggir kali. Tanpa alas kaki gadis itu berjalan menyusuri aliran kali hingga tiba di tempat air bermuara.
Dia memandangi cahaya jingga yang muncul malu-malu dari arah timur. Sementara debur ombak membuatnya ragu untuk mendekati garis pantainya.
Barangkali dia biang keladi yang membuat perempuan itu mengalami kehilangan yang luar biasa. Kenapa kamu begitu ganas? Begitu murka ketika kami mengarungi setiap buih untuk mencari nafkah? Mungkin hal ini juga akibat tingkah laku manusia.
"Jaga diri baik-baik ya," ujar pria itu sebelum menaikkan jaring dan beberapa pancing ke atas perahu.
Kamu yang harusnya jaga diri, batin gadis itu.
"Ombaknya sedang besar, tunggulah beberapa hari lagi."
"Aku akan baik-baik saja, aku akan kembali secepatnya."
"Setiap orang yang hendak pergi pasti mengatakan hal yang sama, baik-baik saja dan akan kembali secepatnya, padahal tidak ada yang pernah tahu."
Sebelum pergi, pria itu sempat mengecup keningnya untuk kemudian menghilang dibawa ombak hingga kini tidak pernah kembali.
Kini perempuan itu bisu, bungkam seribu bahasa semenjak pria yang baru satu sasi menjadi imamnya pergi, dia tidak percaya untuk bicara pada manusia.
Setiap menjelang pagi dia menyambangi garis pantai, bertanya pada buih bertanya pada karang. Kenapa pria itu tidak pernah kembali pulang?
Tidak ada yang menjawabnya. Semuanya diam, semuanya bisu. Sama seperti dirinya.
Bahkan pagi pun, tak mau bicara dan memberi tahu kenapa.
Tapi perempuan itu hanya menoleh sekilas kemudian berlari kecil melewati jalan setapak yang berakhir di pinggir kali. Tanpa alas kaki gadis itu berjalan menyusuri aliran kali hingga tiba di tempat air bermuara.
Dia memandangi cahaya jingga yang muncul malu-malu dari arah timur. Sementara debur ombak membuatnya ragu untuk mendekati garis pantainya.
Barangkali dia biang keladi yang membuat perempuan itu mengalami kehilangan yang luar biasa. Kenapa kamu begitu ganas? Begitu murka ketika kami mengarungi setiap buih untuk mencari nafkah? Mungkin hal ini juga akibat tingkah laku manusia.
"Jaga diri baik-baik ya," ujar pria itu sebelum menaikkan jaring dan beberapa pancing ke atas perahu.
Kamu yang harusnya jaga diri, batin gadis itu.
"Ombaknya sedang besar, tunggulah beberapa hari lagi."
"Aku akan baik-baik saja, aku akan kembali secepatnya."
"Setiap orang yang hendak pergi pasti mengatakan hal yang sama, baik-baik saja dan akan kembali secepatnya, padahal tidak ada yang pernah tahu."
Sebelum pergi, pria itu sempat mengecup keningnya untuk kemudian menghilang dibawa ombak hingga kini tidak pernah kembali.
Kini perempuan itu bisu, bungkam seribu bahasa semenjak pria yang baru satu sasi menjadi imamnya pergi, dia tidak percaya untuk bicara pada manusia.
Setiap menjelang pagi dia menyambangi garis pantai, bertanya pada buih bertanya pada karang. Kenapa pria itu tidak pernah kembali pulang?
Tidak ada yang menjawabnya. Semuanya diam, semuanya bisu. Sama seperti dirinya.
Bahkan pagi pun, tak mau bicara dan memberi tahu kenapa.
Kasian banget dia yang telah ke hilangan imamnya di bawa ombak
ReplyDeleteApakah pria itu akan kembali?
Apakah pria itu akan kembali? Entahlah...
DeleteSepertinya kebahagiaannya sudah direnggut oleh air yang sejak kemarin membisu. Hope so, it just a dream! "Celoteh sang gadis dalam hati". 😂
ReplyDeleteSemoga hanya mimpi... Tapi harapan itu sungguh menyakitkan jika yang diharapkan tidak terjadi.
Deleteinget, didunia ini tidak ada yg selamanya, semua pasti akan menghilang, jadi yg sabar aja yaa:D
ReplyDeleteKarena tidak ada yang abadi di dunia ini.
Deletebelahan jiwa sang wanita yang ditelan ombak, sedangkan sang wanita menunggu setia dibibir pantai
ReplyDeleteSebuah kehilangan yang menyakitkan.
Deleteduh sebuah kisah yang sangat sangat terharu setelah imamnya ditinggal pergi....:(
ReplyDeleteItulah kehidupan. Terkadang kita harus siap dengan apapun yg terjadi.
Deletekasian si istri
ReplyDeleteApapun yg terjadi harus tetap tegar.
Deletemasih terus berharap sang suami kembali ya si istri, kasian juga ya baru sekitar 1 bulan menikah malah seperti ini
ReplyDeleteTerkadang harapan itulah yang membuat bertahan. Meskipun tau itu palsu.
DeleteAku jadi inget mbak. keluarga dari pihak masbojo kan banyak nelayan. Banyak yg seperti itu saat ombak besar. Dan seringnya orangnya nggak ketemu lha wong di laut. :( sedih banget keluarganya...
ReplyDeleteCerita ini juga terinspirasi dari tetanggaku yang suaminya meninggal waktu mancing di laut. Parahnya sebelum berangkat mendiang ngajakin bapakku mbak. Untungnya bapak nggak bisa cuti jadi nggak bisa ikut. Coba gimana kalau ikut.
DeleteHai pagi..
ReplyDeleteTak inginkah kau sedikit berbicara, dan beritahukan kepada wanita itu apa yang sebenarnya terjadi.
Meskipun apa yang akan terdengar mungkin jauh lebih menyakitkan daripada pagi yang bisu. Paling tidak itu sebuah kejelasan.
First comment on ur blog mbak. wkwk :p
Tumben mampir ke sini Ndah. Tau gitu tadi tak gelar karpet merah dan taburin bunga bangke hahhahak
Deleteya Allooooh kasian banget itu gadis :(
ReplyDelete