Angin Apa Yang Membawamu Kembali?
Semilir angin musim kering
ini mengingatkanku pada satu janji. Kamu berujar seolah-olah pasti, seolah aku
dan kamu cinta sejati. Tapi ketika aku menyadari angin itu telah tertelan ombak
dan buih, aku bisa apa selain duduk terdiam di pinggir samudera. Memang aku
tidak pernah kamu bawa masuk, hanya duduk di ambang pintumu. Tidak masuk tidak
juga keluar. Hingga saat ini, aku menunggu di ambang pintu.
Di antara karang dan debur
yang mendayu-dayu seolah lagu sendu yang sedang bergurau, sementara aku patah
sepatah-patahnya.
Lalu untuk apa kamu
menyapa? Sekadar menanyakan kabar dan laki-laki baruku? Dia bukan apa-apa sebab
kamu masih menggangguku. Mengacaukan pikiranku dengan sekali datang lalu pergi.
Khas seorang angin.
Angin apa yang membawamu
kembali?
Setelah sekian lama
berembus pergi.
Angin apa yang membuatmu
pulang?
Meningat mungkin aku
bukanlah rumah bagimu yang tak akan pernah mengucapkan selamat datang.
Sama seperti ketika kamu
pergi.
Tidak ada ucapan
perpisahan atau selamat tinggal yang berarti cukup sampai di sini aku tidak mau
kamu kembali.
Tapi kamu datang,
menyapaku meski hanya singkat. Tahukah itu cukup membuatku berharap? Tahukah,
itu cukup berarti sehingga aku berani bermimpi kamu akan membawaku pergi, berembus
bersama, terbang berdua ke tempat yang dulu pernah kamu sebut rumah.
Dengan caramu memanggilku
walau hanya berupa nama, ya kita telah lalui beberapa masa di mana aku menjadi
namaku di setiap ujarmu yang menjadikan itu indah. Lalu sesekali kamu menyapa.
“Gi.”
Itu membuatku berani
bermimpi bahwa kalimat selanjutnya adalah, “Maukah kamu menikah denganku.”
Cinta jika sudah terlalu dalam tertanam, kadang masih saja mengharapkan hembusan angin. Sadar kalau angin itu hanya membawa berita palsu, angin hanya menina bobokan sesaat. Kemudian hati terluka dan terpanas oleh cuaca.
ReplyDeleteah alangkah indahnya jika menemukan orang baru alangkah lebih mesranya dengan hal baru daripada hal lama yang akan membuat hati terluka.
Mungkin kalimat yang mengatakan bahwa cinta sejati datang hanya satu kali, hmmm bisa dibilang benar juga. bisa saja mendapatkan pengganti namun tidak akan pernah sama perasaannya.
DeleteAngin apa yang membawamu kembali?
ReplyDeleteDalam cerita ini menurutku cinta yang membawanya pulang
"Gi"
nama panggilan yang terdengar lebih indah dari orang yang telah membuatku berani kembali berharap dan bermimpi
Angin yang hanya meninabobokan dan angin yang hanya membawa kabar yang tak pasti.
DeleteAku sedih karena itu benar sekali.
DeletePercuma“Gi.”Walau ku katakan, “Maukah kamu menikah denganku?”itu serasa percuma, toh apapun yang kukatakan kau tetap menganggap aku angin. Wkwkwkk
ReplyDeleteBukan kamu mas. bukan kamu kok. sumpah heheheh
DeleteAngin apa yang membawaku kembali? Aku datang bukan karena terbawa angin, 'Gi'. Tapi aku datang justru membawa angin. Aku datang membawa angin, dan ingin membawamu terbang bersama mengarungi luas samudra. Tapi jangan lupa bawa pelampung ya. Haha
ReplyDeleteAku bisa berenang kok Om Djack hehehe
DeleteAngin kebahagian untuk membawa masuk ke samudera menikmati sejuknya air laut dan indahnya pemandangan di alam bebas dinikmati berdua selamanya.
ReplyDeleteAndaikan saja bisa.
Delete☺ini ungkapan hati mbak Anggi ya?
ReplyDeleteDiam2 berkecambuk gelora rindu ya, mbak..
Lelaki yg tidak jelas dan tidak tegas di-delete saja dr ruang hati..meski berat dan sulit, harus diusahakan. Lama2 terbiasa dan insyaAllah diganti dg yg jauh lebih baik. Sibukin diri dg Allah saja. Belajar, memahami ilmu, ya ikhtiar juga nyari cowok sholeh yg siap nikah hehe
Banyak yang ingin ku ceritakan padamu mbak. andai saja aku mampu.
DeleteWew, tak disangka hebat juga dalam membuat prosa, seolah isi artikel ini seperti sebuah sastra saja.
ReplyDeletePadahal sedang butuh kepastian he..he..
Tenang saya bantu doa dari sini semoga yang diharapkan terwujud.. 🙏
Insya Allah... Aaamin. *masih berharap banget hehe
DeleteKesetiaan cinta masih tergambar dari sosok cerita diatas.
ReplyDeleteSaya melihat teman2 MWB banyak berkumpul disini.
Apa kabar Om? gabung di sini juga akhirnya
Deleteduh, kalo aku mah ketika end atau di-end-kan aku suka dendam ke diri sendiri buat jadi lebih ok. dan ketika aku lebih Ok aku yakin bakal dapet yang lebih Ok. dulu sih sempat berharap juga maksudnya pernah ngerasai kayak tulisan ini, tapi di akhir, emang `dia` kayak angin yang berhembus sekilas bikin inget kemudian bergerak dan lupa ;)
ReplyDeletesemangat anggi ;)
Sebenarnya tidak ada yang salah. semua baik. aku baik. dia baik. aku mungkin nggak bisa lebih baik dari ini. yang bisa kulakukan sekarang hanyalah semangat. hehehe terima kasih....
Delete