Assalamualaikum.... Selamat memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, di daerahku biasanya diadakan sebuah tradisi yang dikenal dengan nama tradisi kembang endok atau jika dalam bahasa Indonesia nya, bunga telur. Tradisi ini konon hanya ada di Banyuwangi loh dan sudah puluhan tahun lamanya dilakukan oleh masyarakat Banyuwangi.
Ketika Maulid Nabi, semua daerah di Banyuwangi baik di Kota hingga pelosok Desa akan merayakan tradisi kembang endok.
Dalam tradisi ini, masyarakat akan beramai-ramai turun ke jalan dengan mengarak ratusan kembang endok yang ditancapkan pada pelepah pohon
pisang, satu pelepah pohon pisang biasanya berisi 50 kembang endok atau
lebih yang kemudian dibagikan pada masyarakat yang ada di sepanjang jalan, sambil tak henti-hentinya mengumandangkan sholawat. Tradisi ini biasanya dilakukan setelah melaksanakan sholawatan di Masjid.
Makna Tradisi Kembang Endok
Tradisi yang telah dijalankan puluhan tahun ini memiliki makna yang dalam loh, kawan. karena tradisi ini merupakan salah satu cara masyarakat Banyuwangi untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Untuk itu tradisi kembang endok ini selalu dirayakan dan dilestarikan untuk membuat masyarakat merasakan spirit dan semangat pada hari peringatan Maulid Nabi. Tradisi ini pun menjadi salah satu syiar budaya Islam yang wajib untuk dilestarikan guna mempertahankan kearifan lokal.
Filosofi Kembang Endok
Srmentara itu filosofi kembang endok ini juga cukup dalam loh. Terdiri dari tiga lapisan yakni kulit telur, putih telur dan kuning telur. Kulit telur melambangkan keislaman, atau sebagai identitas seorang muslim. Putih telur melambangkan keimanan yang berarti setiap muslim harus mempercayai kebesaran dan melaksanakan segala perintah Allah. Sementara kuning telur melambangkan keihsanan, yang artinya setiap muslim harus percaya dan memasrahkan diri serta iklash pada Yang Maha Kuasa.
Srmentara itu filosofi kembang endok ini juga cukup dalam loh. Terdiri dari tiga lapisan yakni kulit telur, putih telur dan kuning telur. Kulit telur melambangkan keislaman, atau sebagai identitas seorang muslim. Putih telur melambangkan keimanan yang berarti setiap muslim harus mempercayai kebesaran dan melaksanakan segala perintah Allah. Sementara kuning telur melambangkan keihsanan, yang artinya setiap muslim harus percaya dan memasrahkan diri serta iklash pada Yang Maha Kuasa.
Di tempat saya sendiri setiap tahun dilaksanakan tradisi kembang endok yang dilaksanakan seusai melakukan kegiatan sholawatan yang dilakukan di Masjid. Tak jarang tradisi ini juga dibarengi dengan melaksanakan acara tausyiah yang dipimpin oleh pemuka agama setempat.
Nah, jadi nih setiap pukul 6.30 pagi warga akan berkumpul di depan jalan raya untuk menyaksikan tradisi kembang endok ini dan berharap mendapatkan salah satu kembang endok yang diarak. Setiap tahun acara ini dilaksanakan secara besar-besaran, seperti hari ini tradisi kembang endok ini dilaksanakan dengan membuat beberapa replika yang dibuat dari kertas, ada replika yang menyerupai Masjid, Unta dan juga Gajah. Kemudian diangkat bersama-sama untuk di arak sambil tak henti-hentinya mengumandangkan sholawat yang dimeriahkan juga oleh para penabuh rebana.
Meriah deh, pokoknya.
Berikut ini tradisi kembang endok yang dilaksanakan di daerah rumah saya. Dusun Bangunrejo, Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi.
Meriah kan, acaranya? Nah, kalau di tempat kalian gimana nih? Apa ada tradisi semacam tradisi kembang endok ini? Yuk, share di bawah ini ya!
Banyuwangi , 20 November 2018
Banyuwangi , 20 November 2018
Meriah ya acara rutinnya. Di tempat saya tidak ada acara rutin begitu untuk memperingati maulid nabi.
ReplyDeleteFilosofinya bagus jg ya, islam dengan telur. Dari cangkangnya bener banget sangat menjaga umatnya. :)
ReplyDeleteSaya suka dengan filosofinya itu lo, sungguh mantap sekali. Ditempat saya hanya pengajian biasa saja tidak ada istilah kiraban budaya.
ReplyDeleteSayang belum pernah liat tradisi kembang endok, pastinya meriah sekali ya..
ReplyDeleteTempatku nggak semeriah itu Mbak. Tradisi yang musti dilestarikan ya. Filosofinya apik banget. Sangat membumi dan mengingatkan kita akan kebesaran Sang Maha Kuasa.
ReplyDeleteTak ada tradisi begitu disini. kl maulid biasanya cm pengajian aja sih, ga ada festival seperti ini. Ato mungkin ada tapi akunya yg ga pernah tau ya??? :O
ReplyDeletetapi filosofinya asik ya :)
Meriah dan unik tradisinya, kak.
ReplyDeleteHampir ada kemiripan antara tradisi Kembang Endok di Banyuwangi dan tradisi Warag Endok di Semarang.
Ditempatku nggak ada tradisi Kembang Endok mbak.....
ReplyDeletewahh meriah banget ya mba, ada nilai seni nya juga lagi kerenn.
ReplyDeleteDi tempat saya gak ada tradisi seperti ini, Teh.
ReplyDeleteDan acara tradisi kembang endog ini sangat meriah, terlihat juga dari videonya.
Kalau lihat yang seperti ini tuh pengennya lihat secara langsung :)
kayak karnaval yah
ReplyDeleteada unta elang diatas gajah hihihihihi
makasih kak informasinya...
ReplyDeletemampir ke blog ana juga yaa
Jadi khasanah kekayaan budaya kita. Waktu di Lombok tradisinya di sana Maulidan lebih rame kunjung2an dan nyediaan makanan. Idul fitrinya malah sepi
ReplyDeleteFilosofinya dalem banget yak. Eh btw, gw udah lama banget gak main ke blog inih
ReplyDeleteTradisi yang harus dipertahankan
ReplyDeleteBenar-benar meriah dan penuh kreatif
Makna dan filosofinya ini lo, sungguh luar biasa sekali
wah sungguh tradisi yg unik ya. kembang enddok.
ReplyDeletebtw, itu ada kayak pawai karnavalnya juga. bisa buat hiburan juga deh. mantuuuuuuuuuuuuulll .........
halooo assalamu alaikummmm. Numpang namu mba
ReplyDeleteWahhh harus dilestarikan nihh mba, pawai karnaval budaya ini
ReplyDeletepenuh dengan ragam seni dan budayanya yang harus dilestarikan